Puluhan Penerima PKH di Brebes Pilih Mundur
swati thakur
PASANG STIKER : Seorang petugas pendamping PKH di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, tengah memasang stiker warga miskin di salah satu rumah penerima sasaran PKH. (suaramerdeka.com/Bayu Setiawan)
BREBES, suaramerdeka.com - Puluhan penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Brebes, memilih mengundurkan diri sebagai warga sasaran program pengentasan kemiskinan itu, saat rumahnya akan dipasangi stiker warga miskin oleh pendamping program tersebut. Selain malu karena takut menjadi viral, mereka mengundurkan diri juga lantaran mengaku ekonominya sudah mampu.
Koordinator Pendamping PKH Kabupaten Brebes, Fatah El Zaman mengungkapkan, program pemasangan stiker bagi rumah penerima PKH di wilayahnya itu merupakan bagian dari validasi data secara berkelanjutan.
Di samping itu, ditujukan bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang sebenarnya secara ekonomi sudah mampu, tetapi tidak mau mundur dari KPM. Sehingga, dengan adanya pemasangan stiker warga miskin atau sangat miskin di rumah para KPM, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat.
"Sejauh ini, hasilnya cukup efektif. Sejak dilaksanakannya program pemasangan stiker ini per tanggal 4 Februari lalu, hingga kini sudah ada sebanyak 42 KPM yang menyatakan mengundurkan diri. Mereka mundur karena malu dan secara ekonomi juga sudah mampu," ungkapnya, Senin (4/2).
Menurut dia, jumlah penerima manfaat PKH di Kabupaten Brebes per tahap I tahun 2019, tercatat 128.071. Sedangkan di tahun 2018, ada sebanyak 378 KPM yang dinyatakan ekonominya telah mampu melalui penanganan PKH.
Karena itu, data penerima sasaran secara berkelanjutan dilakukan validasi dan perkembangannya dilaporkan dalam 6 bulan sekali.
"Program pemasangan stiker merupakan senjata pamungkas kami dalam menangani warga penerima manfaat yang sebenarnya sudah mampu ekonominya, tetapi tidak mau mundur dari PKH. Dari warga sasaran yang mengundurkan diri ini, di Kecamatan Larangan jumlahnya terbanya, ada 28 KPM ," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, diperkirakan jumlah PKM yang mengundurkan diri sebagai dampak pemasangan stiker akan terus bertambah. Menginggat, program stiker itu saat ini masih berjalan dan pelaksanaannya baru di sebagian kecil desa-desa.
"Hingga saat ini, baru sekitar 5 persen wilayah yang sedang melaksanakan program pemasangan stiker, dan itu terus berkelanjutan ke wilayah lain," sambungnya.
Sementara itu, Koordinator Pendamping PKH Kecamatan Larangan, Azib Maulana menambahkan, wilayahnya terdapat 11 desa dengan jumlah warga sasaran sebanyak 6.500 KPM.
Dari jumlah desa itu, program pemasangan stiker hingga saat ini baru dilaksanakan di empat desa. Yakni, Desa Rengaspendawa, Sitanggal, Karangbale dan Larangan. Sejak per tangga 4 Februari lalu, tercatat sudah ada 28 PKM yang menyatakan mengundurkan diri dari PKH sebagai dampak positif dari program pemasangan stiker tersebut. Sebelumnya, sejumlah peneriman manfaat juga ada yang menyatakan mundur.
"Para penerima manfaat ini rata-rata menyatakan mundur setelah kami melakukan sosialisasi program pemasangan stiker penerima PKH ini. Setelah sosialisasi, warga penerima manfaat mendatang ketua kelompok dan menyatakan mengundurkan diri," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, mereka mayoritas mengundurkan diri karena malu nantinya takut menjadi viral. Selain itu, mereka ada yang menyatakan diri sudah mampu ekonominya. Bagi yang menyatakan mengundurkan diri tersebut, prosedurunya harus menadatangani surat pernyataan.
Di samping itu, tim juga mengecek ke lapangan atas kondisi warga yang mundur tersebut. Ketika dicek, mereka yang mundur rata-rata sebenarnya memang sudah mampu dari sisi ekonomi. Rumah sudah permanen dan mempunyai pekerjaan tetap.
"Namun sebelum kami melaksanakan program stiker ini, mereka tidak mau mengundurkan diri dari PKH. Alasanya, karena namanya masih muncul sebagai pemerima dari data pusat. Sehingga, mereka tetap mau menerima bantuan PKH ini. Namun saat ada program stiker mereka memilih mengundurkan diri," paparnya.
Dengan adanya program seperti itu diharapkan akan terjadi kesadaran masyarakat bahwa yang miskin memang benar-benar warga yang tidak mampu.

swati thakur
PASANG STIKER : Seorang petugas pendamping PKH di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, tengah memasang stiker warga miskin di salah satu rumah penerima sasaran PKH. (suaramerdeka.com/Bayu Setiawan)
BREBES, suaramerdeka.com - Puluhan penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Brebes, memilih mengundurkan diri sebagai warga sasaran program pengentasan kemiskinan itu, saat rumahnya akan dipasangi stiker warga miskin oleh pendamping program tersebut. Selain malu karena takut menjadi viral, mereka mengundurkan diri juga lantaran mengaku ekonominya sudah mampu.
Koordinator Pendamping PKH Kabupaten Brebes, Fatah El Zaman mengungkapkan, program pemasangan stiker bagi rumah penerima PKH di wilayahnya itu merupakan bagian dari validasi data secara berkelanjutan.
Di samping itu, ditujukan bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang sebenarnya secara ekonomi sudah mampu, tetapi tidak mau mundur dari KPM. Sehingga, dengan adanya pemasangan stiker warga miskin atau sangat miskin di rumah para KPM, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat.
"Sejauh ini, hasilnya cukup efektif. Sejak dilaksanakannya program pemasangan stiker ini per tanggal 4 Februari lalu, hingga kini sudah ada sebanyak 42 KPM yang menyatakan mengundurkan diri. Mereka mundur karena malu dan secara ekonomi juga sudah mampu," ungkapnya, Senin (4/2).
Menurut dia, jumlah penerima manfaat PKH di Kabupaten Brebes per tahap I tahun 2019, tercatat 128.071. Sedangkan di tahun 2018, ada sebanyak 378 KPM yang dinyatakan ekonominya telah mampu melalui penanganan PKH.
Karena itu, data penerima sasaran secara berkelanjutan dilakukan validasi dan perkembangannya dilaporkan dalam 6 bulan sekali.
"Program pemasangan stiker merupakan senjata pamungkas kami dalam menangani warga penerima manfaat yang sebenarnya sudah mampu ekonominya, tetapi tidak mau mundur dari PKH. Dari warga sasaran yang mengundurkan diri ini, di Kecamatan Larangan jumlahnya terbanya, ada 28 KPM ," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, diperkirakan jumlah PKM yang mengundurkan diri sebagai dampak pemasangan stiker akan terus bertambah. Menginggat, program stiker itu saat ini masih berjalan dan pelaksanaannya baru di sebagian kecil desa-desa.
"Hingga saat ini, baru sekitar 5 persen wilayah yang sedang melaksanakan program pemasangan stiker, dan itu terus berkelanjutan ke wilayah lain," sambungnya.
Sementara itu, Koordinator Pendamping PKH Kecamatan Larangan, Azib Maulana menambahkan, wilayahnya terdapat 11 desa dengan jumlah warga sasaran sebanyak 6.500 KPM.
Dari jumlah desa itu, program pemasangan stiker hingga saat ini baru dilaksanakan di empat desa. Yakni, Desa Rengaspendawa, Sitanggal, Karangbale dan Larangan. Sejak per tangga 4 Februari lalu, tercatat sudah ada 28 PKM yang menyatakan mengundurkan diri dari PKH sebagai dampak positif dari program pemasangan stiker tersebut. Sebelumnya, sejumlah peneriman manfaat juga ada yang menyatakan mundur.
"Para penerima manfaat ini rata-rata menyatakan mundur setelah kami melakukan sosialisasi program pemasangan stiker penerima PKH ini. Setelah sosialisasi, warga penerima manfaat mendatang ketua kelompok dan menyatakan mengundurkan diri," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, mereka mayoritas mengundurkan diri karena malu nantinya takut menjadi viral. Selain itu, mereka ada yang menyatakan diri sudah mampu ekonominya. Bagi yang menyatakan mengundurkan diri tersebut, prosedurunya harus menadatangani surat pernyataan.
Di samping itu, tim juga mengecek ke lapangan atas kondisi warga yang mundur tersebut. Ketika dicek, mereka yang mundur rata-rata sebenarnya memang sudah mampu dari sisi ekonomi. Rumah sudah permanen dan mempunyai pekerjaan tetap.
"Namun sebelum kami melaksanakan program stiker ini, mereka tidak mau mengundurkan diri dari PKH. Alasanya, karena namanya masih muncul sebagai pemerima dari data pusat. Sehingga, mereka tetap mau menerima bantuan PKH ini. Namun saat ada program stiker mereka memilih mengundurkan diri," paparnya.
Dengan adanya program seperti itu diharapkan akan terjadi kesadaran masyarakat bahwa yang miskin memang benar-benar warga yang tidak mampu.

Komentar
Posting Komentar